assalamualaikum! kreatifitas adalah kunci kesuksesan: MANTAN REKTOR PENDETA JADI MUALAF

bagi yang ingin membaca artikelku dengan nyaman, silahkan anda amati berdasarkan Label berikut ini:

23 Juli 2013

MANTAN REKTOR PENDETA JADI MUALAF

Assalamualaikum

Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang
teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan
pula dalam Islam.

Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam
menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. “Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun
Alquran secara sistematis,” ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika.

Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori
Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori
yang benar. “Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara
teori dan spiritual,” ujar Yahya.

Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena
tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik
dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid.

“Saya hanya berani ke masjid satu kali saja karena ketahuan dan dipukul sampai babak belur oleh bapak saya. Kalau nekad ke masjid lagi, saya takut bapak
saya yang seorang tentara akan menggantung saya,” ujar pria yang memiliki hobi bermain gendang ini.

Namun, sambung pria yang pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004 ini, dari sekian kejadian yang mendorongnya untuk
memeluk Islam adalah pengalaman spiritual yang dialaminya. “Suatu hari, saya bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lama kompleks Tanah Abang, Kelurahan
Panasakan, Tolitoli,” ia memulai kisahnya.

Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut dengan waktu pertemuan yang sama yaitu pukul 09.45 Wita. “Kepada saya, si penjual
ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Dia baik sekali dengan saya,” ujar bapak dari Silvana
(8 tahun, kini bernama Nur Hidayah), Sarah (7 tahun, menjadi Siti Sarah), dan Zakaria (4 tahun) ini.

Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, kata Yahya, dirinya berdialog panjang soal Islam. Anehnya, kata dia, si penjual ikan yang mengaku tidak lulus
sekolah dasar (SD) itu sangat mahir dalam menceritakan soal Islam. Ia makin tertarik pada Islam.

Namun, sejak saat itu, ia tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana, salah satu desa di
sebelah utara kota Tolitoli). “Saat saya datangi kampungnya, tidak ada satupun warganya yang menjual ikan dengan bersepeda,” tambahnya.

Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana tetap ngotot untuk
tidak memeluk Islam. Karena dipengaruhi oleh pendeta dan saudara-saudaranya. “Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. Jadi, kita memutuskan
untuk bercerai,” katanya.

Namun, sambung dia, tidak lama setelah itu, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita, ia bermimpi bertemu dengan
seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara, dia di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang
yang berpakaian serba putih itu. “Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar,” kata Yahya.

Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke
atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun
perempuan yang kedua, tersengat api panas.

“Setelah sadar, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak
ada perubahan. Tetap saja begitu,” ujarnya.

Setelah diceritakan ke istrinya, kata dia, istrinya semakin tidak percaya dan ingin bercerai dengan Yahya. Namun, beberapa jam kemudian, istrinya menangis
karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan. Akhirnya istri saya yang mengajak segera masuk Islam,” katanya.

Akhirnya, kata Yahya, bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris
Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah, Yahya dan istrinya mengucapkan dua kalimat syahadat. “Kekuatan saya, sekarang hanya shalat
tahajud malam dan Dhuha pukul 08.00,” ujar mantan Rektor yang UKI Papua ini.

biodata
Nama :
Muhammad Yahaya Waloni (islam)
Yahya Yopi Waloni (kristen)
Tempat Tanggal Lahir :
Manado, 30 November 1970
Pendidikan:
SD: 1976-1982
SMP: 1982-1985
SMA: 1985-1987 (lompat karena prestasi)
S1: 1996. Pendidikan Teologia. Sekolah Tinggi Teologhia Calvinis Manado
S2: 1998. Filsafat Keilahian Yesus di Zeberot Gaza Israel
S3: 2004. Penyelesaian Distersasi Program Doktoral Di Itali
Aktivitas :
Pendeta disalah satu gereja di Papua
Pendiri Universitas Kristen Papua
Rektor UKI
Memeluk Islam : Tanggal 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita, Bersama-sama keluarganya.

Bagi yang menonton langsung vidionya, silahkan ambil di bawah!

Unduh vidio 1

Unduh vidio 2

Wassalam

1 komentar :

  1. STT Calvinis Ebenheizer...???
    kok belum pernah dengar ya..

    ada bagian yang sangat ganjil dari berita di atas
    Pertama, adalah Mustahil Seorang Hamba Tuhan Mendapat Gaji Hinga 11 Juta Perbulan.
    Gaji Pendeta yang memimpin Gereja dan menjadi Ketua Majelis Jemaat gak pernah lebih dari 2 Juta, bahkan Pendeta yang Melayani di Pos Pelkes atau di bawahi Gereja Induk gajinya Tidak sampai 1 Juta.
    Gaji Pendeta di atur OLEH SINODE Jemaat Gereja yang bersangkutan, Bukan Dari Luar Negeri

    Kedua, pada Kalimat "Tapi sayang sekali, ta-bungan yang selama ini beliau kumpulkan telah diblokir oleh pihak gereja"
    Aneh Sekali, Dimana Mana Kas Gereja adalah atas Nama Jemaat Gereja, Bukan Perseorangan.
    Kalaupun Yahya Waloni memiliki Tabungan, PIHAK LUAR TIDAK PUNYA HAK MEMBLOKIR TABUNGAN SESEORANG, yang Berhak adalah nasabah yang brsangkutan.

    ketiga, Yang Paling Ganjil
    Yahya Waloni berkata Ia Mengundurkan diri dari UKIP di 28 Januari 2004
    padahal UKIP baru berdiri 8 April 2005

    ini situs resmi Ukip
    http://ukip.ac.id/index.php?option=com_c…

    Yahya Waloni Berkata ia adalah Pendiri dan Rektor UKIP
    padahal Rektor Ukip sejak Berdiri adalah Prof. Dr. Sasmoko

    BalasHapus

saran/kritik para pembaca sangat kami harapkan!